Melalui kreatifitas yang mereka punya, akhirnya batik banyak diminati masyarakat dunia. Siapa saja mereka yang berhasil mencuri perhatian dunia dengan
Generasi anak Bangsa, dengarlah, jika bukan kita, generasi muda untuk terus melestarikan budaya batik, siapa lagi? Budaya batik Indonesia tidak boleh hilang dan akan menjadi sejarah untuk kedepannya bagi anak-anak cucu dan kemenakan kita nantinya. Jangan sampai mereka nanti tidak mengenal lagi budaya mereka sendiri, akibat kita tidak melestarikannya.
Kita patut berbangga karena masih ada anak-anak bangsa yang masih mau melestarikan batik. Melalui kreatifitas yang mereka punya, akhirnya batik banyak diminati masyarakat dunia. Siapa saja mereka yang berhasil mencuri perhatian dunia dengan batik? Yuk simak ulasannya:
Sofie Agustine
Berani meninggalkan zona nyaman demi merintis usaha sendiri. Begitulah yang dilakukan Sofie Agustine, saat memutuskan terjun merintis usaha sendiri di bidang perhiasan hingga beralih membuat sepatu batik.
Saat itu, ia sudah menduduki posisi cukup penting di salah satu perusahaan otomotif. Merintis bisnis sekitar tiga tahun lalu, kini Sofie sukses memproduksi sepatu batik dengan merek d’Arcadia Treasure (D.A.T). Selain beredar di pasar lokal di berbagai daerah, produk sepatunya juga sudah diekspor ke sejumlah negara, seperti Amerika Serikat (AS) dan Norwegia lho, keren kan.
Awalnya, Sofie tak pernah menyangka bakal menekuni bisnis sepatu buatan tangan alias handmade ini. Soalnya, saat terjun ke dunia bisnis, perempuan kelahiran Bandung ini memilih menekuni usaha pembuatan perhiasan. Iseng-iseng ia juga menerima pesanan sandal. Hanya saat itu, ia sering makloon atau menitipkan produknya untuk diproduksi pihak lain.
Suatu saat, ia menerima pesanan sandal dalam jumlah besar dari Prancis. Nah, makloon langganannya ini ternyata tak bisa memenuhi pesanan. Tak ingin mengecewakan pelanggan, Sofie lalu memutuskan membuatnya sendiri.
Ia mengumpulkan tiga tukang pembuat sepatu, dan menyewa tempat kecil sebagai bengkel yang berdekatan dengan rumahnya di Cibubur, Bogor.
Setelah berhasil memenuhi pesanan pelanggannya, ibu tiga anak ini meneruskan untuk meneruskan usaha tersebut. Awalnya, produknya kebanyakan berbahan kulit sintetis ketimbang menggunakan batik.
Pasalnya, membuat sepatu batik lebih rumit karena harus memperhatikan kecocokan corak setiap pasangnya. Namun, setiap mengikuti pameran, sepatu batik justru lebih laku ketimbang sepatu lainnya.
Akhirnya ia fokus menggarap produk sepatu bercorak batik dan tenun. Dengan bantuan 32 pengrajin, kini ia mampu memproduksi 4.000 pasang sepatu per bulan.
Terkadang ia juga menerima pesanan dari Malaysia. Ia berhasil menjangkau pasar yang luas karena rajin mengikuti pameran hingga mendapat tawaran berjualan di situs online Zalora.co.id di tahun 2012 dan disusul oleh Berrybenka.com.
Di tahun sama, ia juga menawarkan proposal ke gerai ritel Sarinah. Tawarannya mendapat sambutan positif. Setelah produknya dijual di Sarinah Pejaten Village, tak lama ia mendapat tawaran memajang sepatunya di Pasaraya Blok M, Pendopo Alam Sutera, Pendopo Bandung, dan Grand Palace Surabaya.
Dengan harga jual sepatu Rp 150.000−Rp 400.000 per pasang, ia mampu mengantongi omzet ratusan juta rupiah dalam sebulan. Arcadia Treasure menyediakan berbagai macam desain yang kekinian yang oke punya. Selain flat shoes sebagai model andalan, model sepatu seperti boots, wedges, plump shoes, sampai sandal tersedia di sini dengan berbagai motif dan warna. Tak hanya sepatu batik, d’Arcadia Treasure ini juga memproduksi sandal batik, tas batik, ikat pinggang batik dan beragam perhiasan (aksesoris) lainnya.
Dian Errakumalasari
Batik yang kerap dianggap kuno disulap menjadi tren fashion yang mendunia oleh Dian Errakumalasari. Labelnya Dian Oerip Batik telah dikenal bahkan hingga ke Negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS).
Saat ini, batik yang diproduksi Dian Oerip Batik ini bahkan lebih dikenal di luar negeri ketimbang di Indonesia. Berkat kegigihannya memasarkan kreasi miliknya tersebut lewat media sosial, Dian pun telah mendulang sukses selama hampir delapan tahun lebih.
Untuk pasar mancanegara, Dian telah membuka outlet di Rotterdam, Belanda, dan Florida, AS. Saat ini, Dian Oerip Batik telah dikenal di hampir 13 negara di Eropa, Amerika Serikat, Afrika, dan Asia.
Dian Oerip Batik selama ini tidak memproduksi dalam kapasitas yang sangat besar. Wanita berusia 35 tahun ini hanya memproduksi sekitar 300 hingga 400 pieces tiap bulannya. “Karena ini kan limited” Ujar Dian seperti dilansir Sindonews.com (18/12/2016). Kini, dengan jumlah pegawai lima orang, Dian telah mereguk omzet hingga Rp100 juta per bulan. TEMPO